Minggu, 31 Mei 2015

Memotret Bintang dan Milky Way (Gampang-gampang Susah)

     Ketika malam tiba, kita sering melihat ke langit dan banyak terdapat taburan bintang yang membuat langit begitu indah. Bagi para pengagum bintang dan langit, hal ini ibarat kanvas besar ciptaan Tuhan yang selalu memberi kejutan setiap harinya. Bumi kita berada di gugusan galaksi Bima Sakti, sehingga jika beruntung kita dapat melihat dan mengabadikan galaksi kita tersebut. Sering ada pertanyaan bagaimana cara mengabadikan galaksi Bima Sakti atau Milkyway bahkan tidak jarang ada yang bertanya bagaimana cara edit biar ada bintangnya. 

Milky way di Puncak Basundara Gunung Panderman
       Malam ini mumpung langit lagi cerah bisa anda coba foto bintang, untung-untung dapat foto Milky Way. Berikut akan saya berikan cara men-setting kamera agar bisa memfoto bintang di langit.

  • Langit Malam Cerah
      Sebelum memulai foto bintang di langit pastikan dulu keadaan langit, langit yang cerah adalah waktu yang tepat untuk mendapatkan foto-foto bintang. Karena jika langit dalam kondisi berawan atau mendung tentu anda tidak akan menemukan bintang dilangit. Mungkin ketika anda hanya ingin memfoto bintang saja tak masalah jika hanya langit cerah, namun bagaimana jika ingin memfoto Milky Way?

      Jika anda ingin memfoto galaksi Bima Sakti atau Milky Way anda perlu memperhatikan beberapa hal yang pertama letak atau lokasi bintang, karena kita tahu bumi kita selalu berputar terkadang Milky Way tidak akan terlihat dari tempat kita. Terdapat beberapa software untuk mengecek kondisi bintang seperti stellarium, sky guide, dan banyak lainnya yang dapat anda temui di app store. Di search-aja ya.

Sedikit Milky Way di Puncak Basundara
      Milky Way juga tidak akan terlihat ketika bulan purnama. Kenapa? Karena ketika bulan purnama ikut nimbrung cahaya akan mempengaruhi gelap terangnya langit sehingga akan susah mendapatkan Milky Way, bahkan bintang juga akan sulit kita temui. Jadi lebih baik jika memang anda ingin memfoto bintang ketika bulan purnama usahakan ketika bulan baru muncul sehingga malam akan lebih panjang. 

     Namun berdasarkan pengalaman saya untuk memfoto Milky Way bisa dilakukan mulai pukul 21.00 - 00.00 tengah malam atau ketika subuh mulai pukul 03.00 - 04.30 pagi. Bulan terbaik untuk memfoto Milky Way adalah pada bulan April sampai September dibagian selatan bumi.

  • Set Kamera ke Diafragma Terendah dan ISO Tinggi
       Pengaturan diafragma dan ISO sangat penting dalam memfoto bintang atau Milky Way. Pengaturan diafragma berguna untuk mengatur kecerahan begitu juga dengan pengaturan ISO, ketika pengaturan ISO ke angka rendah maka yang terlihat adalah langit gelap tanpa bintang. Ketika ISO terlalu tinggi maka tidak akan terlihat bintang namun hanya cahaya yang terang saja. Oleh karena itu rentang ISO terbaik untuk memfoto bintang atau Milky Way adalah 1600 - 3200.

Milky Way dengan f/4.0 ISO : 3200
Milky Way dengan f/4.0 ISO : 1600
     Sedangkan untuk bukaan diafragma yang digunakan untuk memfoto bintang atau Milky Way bukaan difragma yang digunakan adalah bukaan difragma terendah jika bisa serendah mungkin bisa f/2.8 atau f/3.0 namun kerena saya menggunakan lensa kit 18-55 mm bukaan yang dapat saya gunakan adalah f/4.0 jadi bisa disesuaikan dengan lensa yang digunakan. Namun yang pasti, pastikan settingan difragma yang digunakan adalah yang paling rendah angkanya.

  • Set Kamera pada Sutter yang rendah dan Infinity Fokus
    Untuk foto bintang atau Milky Way sutter speed juga harus diatur untuk mendapatkan hasil bintang yang masih berupa titik bukan membentuk garis. Berdasarkan pengalaman dan sumber dari beberapa blog dan buku sutter speed yang pas untuk digunakan adalah 30 detik atau dikamera biasanya tulisan 30". Kenapa 30 detik? karena pada waktu 30 detik ini bintang akan tetap terlihat sebagai titik, sedangkan jika lebih dari 30 detik maka bintang akan terlihat "berjalan" atau nampak seperti garis yang sering disebut light painting. 

Bintang di balik pepohonan (f/4.0 ISO: 1600 Sutter Speed: 30")
     Dalam menentukan sutter speed yang digunakan ada yang namanya rule-600. Jadi sutter speed maksimum yang diperbolehkan agar bintang tak bergerak adalah 600 dibagi dengan focal length lensa. Jadi kalau kita pakai lensa 18 mm, maka waktu maksimum adalah 600/18 = 33 detik. Sebenarnya engga terlalu akurat sih, but generally itu adalah rule of tumb-nya.

       Penggunaan Manual Fokus dalam mem-foto bintang atau Milky Way wajib hukumnya. Hehehe.. Kenapa saya bisa bilang begitu karena jika menggunakan Auto Fokus sampai pagi ga bakal kita dapatkan titik fokus yang pas. Jadi gunakan selalu Manual Fokus ketika mem-foto bintang, jika di lensa terdapat distance scale, bisa disetting ke mode infinity atau biasanya disimbolkan dengan angka delapan tengkurap (∞). Namun jika tidak ada  distance scale, seperti pada lensa 18-55mm, fokus saja pada benda terjauh yang bisa difokuskan atau dikira-kira saja.

  • Gunakan Alat Bantu Seperti Tripod dan Cable Release
     Dalam membuat foto dengan menggunakan sutter speed yang rendah atau lebih terkenal dengan sebutan Slow Speed wajib hukumnya menggunakan Tripod dan Cable Release. Kenapa saya bilang wajib karena ketika membuat foto dengan slow speed maka kamera akan membutuhkan waktu lama untuk mengcapture gambar, jika mengalami shake sedikit saja maka akan menyebabkan gambar atau foto menjadi blur atau kabur. Oleh sebab itu perlu Tripod untuk menopang kamera karena jika dipegang dengan tangan dalam waktu lama maka kemungkinan mengalami shake akan lebih besar. 

Foto yang agak shake karena tripod tidak berada pada tempat yang baik
    Selain menggunakan tripod kita juga harus menggunakan cable release ketika mengcapture gambar, hal ini karena jika kita menggunakan tangan untuk memencet tombol shooter maka kemungkinan besar akan membuat kamera mengalami shake dan foto akan kabur. 

      Apakah tidak ada cara lain untuk mengganti cable release? Bagi kita yang belum memiliki budget yang cukup untuk membeli cable release metode yang dapat digunakan agar tidak langsung menyentuh body kamera adalah dengan menggunakan timer. Dengan menggunakan Timer maka kemungkinan tangan kontak dengan kamera akan lebih sedikit dan kemungkinan gambar kabur karena shake akan lebih kecil

So, Bagaimana? Tertarik untuk mulai mem-foto bintang atau Milky Way? Atau masih ada yang kurang jelas bisa langsung ditanyakan melalui kolom komentar. Sekian sharing malam ini semoga bermanfaat.

Catatan : Settingan diatas juga dapat digunakan untuk memfoto lampu-lampu di kota dari atas gunung atau kombinasi foto bintang dan lampu kota dikala malam.

Pemandangan Lampu Kota Malang Ketika Malam Hari (f/4.5 ISO: 1600 Sutter Speed: 10.0")

Gunung Panderman, Kaki Sang Putri Tidur

     Happy sunday, lama tak berjumpa. Hari ini saya akan menulis satu tempat wisata bagi anda yang menyukai suasana pendakian tapi dengan waktu yang pendek namun semua jenis track pendakian akan anda temukan disini. Gunung tersebut adalah Gunung Panderman. Gunung Panderman adalah salah satu dari rangkaian tiga gunung (G. Butak (bag kepala) dan G. Kawi (bag dada)) yang membentuk suatu pegunungan yang jika dilihat dari kejauhan seperti seorang putri yang tidur dimana Gunung Panderman menjadi bagian kaki dari gugusan pegunungan Putri Tidur ini.

Pegunungan Putri Tidur  (sumber : http://candradityaa.blogspot.com/)
     Gunung Panderman sendiri adalah sebuah gunung yang terletak di Kota Batu, Malang. Gunung Panderman memiliki ketinggian 2.045 mdpl dan menjadi background kota Batu jika dilihat dari Alun-alun kota Batu. Keindahan Gunung Panderman juga dapat dilihat dari Paralayang Gunung Banyak kota Batu.

Pemandangan Gunung Panderman dari Paralayang Gunung Banyak Batu

       Untuk jalur pendakian ke gunung Panderman sebenarnya ada 2 jalur pendakian, namun saya akan share satu jalur pendakian yang umum digunakan dan merupakan jalur pendakian yang resmi. Jalur pendakian yang resmi adalah melalui jalur Toyomerto, Desa Pesanggrahan. Untuk menuju desa Pesanggrahan ini cukup mudah dari malang anda tinggal menuju ke arah Jatim Park 1 atau ke arah Museum Angkut kemudian nanti anda bisa belok ke kanan menuju jalan yang menurun di depan Museum Angkut. Setelah sampai pada makam pahlawan anda bisa belok ke kiri sampai menemukan gapura dengan tulisan "Wisata Gunung Panderman". Dari gapura tersebut anda tinggal mengikuti jalan aspal yang akan mengantar anda sampai pada lokasi parkir kendaraan. Selama perjalanan anda akan mendapati jalan yang menanjak yang cukup panjang dan harus berhati-hati jika tidak ingin kendaraan anda berhenti di tengah jalan. Untuk parkir kendaraan anda akan dikenakan biaya Rp. 5000/motor/hari. Selanjutnya anda harus berjalan kaki ke atas hingga menemukan pos Pendaftaran disini anda akan dikenai biaya sebesar Rp. 3000/orang. Setelah mendaftar anda bisa melanjutkan perjalanan ke Pos 1 (Sumber Air Terakhir). Di Pos 1 adalah tempat anda menemukan sumber air terakhir setelah itu anda tidak akan menemukan sumber air lagi, oleh karena itu anda harus bijak menggunakan air selama perjalanan jika tidak ingin kekurangan air selama perjalanan ke puncak.

Pos 1 (Pos Sumber Air) tempat terakhir sumber air
     Dari pos 1 perjalanan dilanjutkan ke pos 2 (Pelataran Ombo) perjalanan ke pos 2 dapat dilalui melalui 2 jalur. Jalur pertama melalui jalan tanah di melewati perkebunan dan anda akan menjumpai aliran sungai kecil yang dapat anda gunakan sebagai sumber air menuju ke puncak. Jalur pertama perjalanan yang akan anda lalui akan lebih menanjak dibandingkan dengan jalur ke dua namun jaraknya lebih pendek, sedangkan untuk jalur ke dua anda dapat melewati jalan yang telah dipaving menuju arah hutan pinus yang rindang namun jalan yang dilalui sedikit memutar. Untuk jalur kedua bagi anda yang baru pertama kali ke Panderman disarankan untuk lebih berhati-hati karena meskipun jalannya lebih mudah namun penunjuk arahnya kurang dan banyak terdapat jalan-jalan setapak yang digunakan oleh petani sekitar yang membuat anda bingung. Saran saya lebih baik mengajak orang yang pernah mendaki sebelumnya.

Perjalanan ke Pos 2 (Pelataran Ombo) melewati semak

Pos 2 Gunung Panderman (Pelataran Ombo)
     Di pos 2 (Pelataran Ombo) anda bisa beristirahat sejenak sambil menikmati hawa pegunungan dan kalau beruntung bisa melihat gunung Arjuno-Welirang. Setelah beristirahat perjalanan bisa dilanjutkan menuju ke pos 3 (Watu Gede) dengan tracking yang mulai menanjak dan akan banyak menemui bongkahan-bongkahan batu besar. Hingga sampai pada sebuah batu besar menyerupai gunung, inilah pos 3 Watu Gede.

Pos 3 Gunung Panderman (Watu Gede)
     Perjalanan dari pos 3 (Watu Gede) menuju Puncak Basundara (Puncak Gunung Panderman) akan semakin menanjak dengan jalan tanah dengan kemiringan hampir 75 derajat, serta akan banyak ditemui pohon-pohon yang roboh menghalangi jalan. Di track inilah yang paling menguras tenaga, apalagi bagi anda yang membawa carrier dan tenda pasti akan semakin terasa berat dalam mendaki. Setelah melewati jalan yang terdapat pohon roboh maka anda akan menemui jalan yang lebih datar dan anda bisa bernafas lega disini. Namun tenang saja rasa lelah yang anda rasakan akan tidak terlalu terasa karena pemandangan diseberang jurang sangat indah.

Perjalanan menuju puncak dari Pos 3 banyak pendaki yang kesulitan disini

Pohon tumbang yang menutupi jalan akan semakin membuat pendakian terasa berat

Setelah berjuang untuk mencapai puncak, semua akan terbayarkan dengan pemandangan yang bisa kita lihat diatas. Nama puncak gunung Panderman adalah Puncak Basundara, dari puncak ini bisa kita lihat gunung Arjuno - Welirang dan juga gunung Semeru. di puncak juga kita bisa temui kera ekor panjang (Macaca fascicularis) yang merupakan binatang endemik gunung Panderman. Ketika malam hari jika beruntung kita bisa melihat pemandangan lampu kelap-kelip kota Batu dan Malang serta juga dapat melihat ribuan bintang dilangit dan Milkyway (Galaksi Bimasakti). Sebuah pemandangan yang tak akan bisa kita temui di Mall. 

Puncak tertinggi gunung Panderman (Puncak Basundara)

Pemandangan Gunung Arjuno-Welirang dari Puncak Basundara

Kera ekor panjang (Macaca fascicularis) hewan endemik gunung Panderman

Pemandangan Kota Malang dari Puncak Gunung Panderman

Langit di Puncak Gunung Panderman dengan pemandangan Milkyway

     Sekian info tentang jalur pendakian di gunung Panderman, semoga bisa bermanfaat bagi anda yang masih bingung memilih liburan dimana. Terakhir saya berharap bagi siapapun yang akan melakukan suatu perjalanan liburan kemanapun saya harap selalu bawa kembali pulang sampah anda agar alam selalu terjaga kebersihannya. My Trip My Adventure.